Nancy duduk di kursi tepi jendela restoran hotel mewah, dengan pemandangan kolam renang yang membiru dan pantulan sinar matahari pagi yang hangat menyentuh pipinya. Rambutnya ditata dengan elegan, mengenakan dress putih polos berpotongan simpel namun mahal. Di hadapannya, dua gelas jus jeruk dan semangkuk buah segar belum tersentuh. Tangannya memegang ponsel yang bergetar tanpa henti, dan matanya terus menatap layar. Getaran itu bukan hanya dari ponsel, tetapi dari jantungnya yang tiba-tiba berdebar tak karuan saat nama salah satu orang suruhannya muncul di layar. Nancy mengangkat alis, membuka pesan dengan santai, namun seketika... Matanya terbelalak. > _“Arkan mati. Diracun. Dan yang melakukannya adalah Sophia.”_ Tubuh Nancy menegang. Tangannya yang memegang sendok perlahan gemeta