Cahaya matahari pagi menembus tirai tipis yang sedikit tersibak, menyapu pelan wajah Vincent yang masih terlelap di atas ranjang hotel berbantal empuk. Udara kamar terasa sejuk, namun sinar keemasan dari matahari Bali mulai membangunkan dunia, dan juga Vincent. Lelaki itu menggeliat pelan, menggerakkan tangan kirinya ke samping, ke tempat seharusnya tubuh Nancy terbaring. Tapi yang ia rasakan hanyalah selembar seprai dingin dan kosong. Tidak ada tubuh hangat istrinya di sana. Alis Vincent berkerut pelan. Matanya perlahan terbuka, membiasakan diri dengan cahaya pagi. Ia langsung menoleh ke samping, dan benar saja—tempat tidur di sisi Nancy sudah kosong. Rapi, bahkan bantalnya sudah ditegakkan kembali. Tak ada suara dari kamar mandi, tak ada jejak langkah di balkon. “Hmm?” gumamnya pelan