Mobil melaju pelan meninggalkan rumah besar itu. Sheila duduk di tengah antara Bramasta dan Kirana, tubuhnya masih gemetar. Tangisnya sudah tidak lagi meledak, tapi hanya tersisa sesenggukan kecil yang menyayat hati. Bramasta meraih tangannya, menggenggam erat. “Sheila… Papi di sini ya. Kamu aman sekarang. Nggak ada yang bakal marahin kamu lagi.” Sheila menunduk, air mata jatuh satu per satu. “Papi… jangan tinggalin aku…” “Tidak akan. Papi berjanji. Kamu kesayangan papi” Kirana mengusap punggung Sheila, lembut dan menenangkan. “Sayang… kamu boleh nangis, tapi habis itu harus tenang ya! Jangan takut lagi sebab kamu gak sendirian “ Sheila mengangguk pelan tanpa suara, hanya memeluk lengan Kirana lebih erat seolah itu satu-satunya jangkar yang membuatnya tetap waras. Melihat Sheila

