Kirana menatap Sheila yang berlinang air mata, namun tidak tahu bagaimana harus menanggapi. Semua yang ada di ruangan itu pun sama—terdiam, tercengang. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya tadi dikatakan Ambar pada Sheila, hingga putri satu-satunya Bramasta itu memohon sekeras ini. “Sheila… jangan begitu, sayang…” Ucap Bramasta, mencoba mengambil tangan putrinya. Namun Sheila tidak menggubris. Gadis itu justru semakin mencengkram lengan Kirana, seolah Kirana adalah tiang terakhir yang bisa ia pegang sebelum tenggelam. “Sheila, lihat Papi dulu…” Bram berusaha menunduk, menyamakan tinggi. Namun tatapan Sheila tak beranjak—tetap pada Kirana. Menunggu. Memohon. Menuntut. Kirana menarik napas pelan, mencoba menenangkan d**a yang ikut sesak melihat ketakutan Sheila. “Sheila sayang…”

