Kirana tiba di Jakarta agak siang. Perjalanan panjang dari kampung membuat tubuhnya letih, tapi pikirannya jauh lebih lelah. Setidaknya, dia sudah memastikan ibu, Kania, dan anak-anak mendapatkan tempat tinggal yang layak. Ada sedikit kelegaan di sana — sekecil embusan napas di tengah badai yang belum juga reda. Tujuannya kini hanya satu: rumah sakit. Dia tahu, mungkin tidak akan bisa bertemu langsung dengan Sheila, tapi setidaknya dia ingin tahu kabar gadis itu. Remaja tujuh belas tahun yang selama ini selalu menyapanya dengan tawa lembut dan sikap penuh hormat. Kirana benar-benar berharap Sheila baik-baik saja. Mobilnya berhenti di area parkir basement rumah sakit. Tangan Kirana menggenggam erat setir, tubuhnya menegak, tapi matanya kosong. Dia ingin turun, tapi ragu. Pasti di sa

