Konfrontasi

1126 Kata

Begitu mobil berhenti di halaman rumah yang besar dan sunyi itu, Kirana bisa merasakan perubahan suhu—seolah kehangatan rumah ibunya tertinggal di tempat tadi. Kirana menarik nafas berat sebelum akhirnya memutuskan turun, menyambut uluran tangan Bramasta yang sudah membukakan pintu untuknya. Rumah ini megah, tetapi dinginnya sudah terasa bahkan dari luar. Bramasta terus menggenggam tangan Kirana sampai diambang pintu rumah. Genggamannya kuat, sedikit bergetar. “Jangan lepas ya!,” katanya pelan, hampir seperti memohon. Kirana hanya mengangguk. Ia menelan ludah, mencoba menenangkan napasnya sendiri. Mereka bahkan belum sempat mengetuk ketika pintu rumah terbuka. Nurma berdiri di sana. Nafasnya pendek. Riasannya luntur. Ada kemarahan yang menumpuk di wajahnya, tapi ada juga sesuat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN