Sheila akhirnya tertidur setelah tangisnya mereda, masih memeluk lengan Kirana seperti seseorang yang takut kehilangan pijakan. Bramasta mengusap rambut putrinya lembut, lalu berdiri perlahan, memberi isyarat pada Kirana untuk keluar kamar agar Sheila bisa istirahat. Begitu pintu kamar ditutup, suasana rumah yang hening terasa seperti memeluk mereka berdua. Kirana menyandarkan tubuhnya ke dinding, menegakkan kepala yang terasa berat. “Pak Bram balik saja ke apartemen…” ucap Kirana pelan namun tegas. “Biarkan aku di sini. Sheila masih belum terbiasa dengan semua… nenek, Kania, Kiara, Poppy, Rizal… semuanya orang baru buat dia.” Bramasta memandang Kirana, wajahnya keras namun matanya penuh kelembutan yang tak biasa ia tunjukkan di depan siapa pun. “Aku nggak pulang.” “Pak Bram pasti c

