Setelah berhasil mengusir Brenda pergi, Raisa mengambil ponselnya dan memeriksa isinya. Dia membaca riwayat chattingnya dengan Kevin dan itu langsung membuat dirinya merasa mual sendiri.
"Huwekkk! Aku benar-benar sudah gila! Bisa-bisanya aku mengemis cinta padanya, dari setahun yang lalu hingga sekarang aku masih terus mengejar pria b******k ini dan bodohnya aku, dia sudah jelas-jelas dia sering menolak kamu sekalinya butuh, dia baru bicara baik-baik padaku, hih! Benar-benar bodoh sekali kamu Raisa!" ucapnya dengan kesal pada dirinya sendiri karena sudah buta karena cinta.
"Jijik! Jijik sekali! Aku hapus saja semua tentang dia tidak boleh ada yang tersisa satu pun," ucap Raisa yang segera semua riwayat chatnya bersama Kevin lalu setelah selesai, dia membuka galeri ponselnya yang dipenuhi foto Kevin sang pujaan hatinya.
Raisa menatap foto Kevin lalu berdecih.
"Cih! Sial! Aku benar-benar sudah gila! Bisa-bisanya aku jatuh cinta pada pria sejelek ini! Bahkan jika dibandingkan dengan jari telunjuknya Adrian yang gagah itu, masih bagusan jari telunjuknya daripada wajah si b******k ini!" maki Raisa dia segera menghapus semua foto Kevin dari galerinya dan tak menyisakan satu pun di dalamnya, hanya foto dirinya sendiri bahkan foto dirinya dengan Brenda, ibu tirinya dan saudara tirinya pun dia hapus sampai bersih.
"Semua iblis ini tidak layak berada di dalam ponselku, bisa kena sial lagi aku seperti di kehidupan aku yang dulu," ucap Raisa yang penuh semangat menghapus semuanya dan tiba-tiba saja, dia menemukan foto lama yang membuat jarinya berhenti.
"Foto ini? Ini kan foto kakak tampan itu? Kakak tampan yang dulu membantu aku saat aku ditinggal di hutan oleh papa, dia ...." Raisa tiba-tiba teringat awal mula dia menyukai Kevin dan itu adalah gara-gara foto itu.
"Sekarang aku baru ingat! Kalau Kevin pernah mengaku-ngaku jika dialah pemilik foto ini dan dialah kakak tampan penyelamat aku saat itu, dari sinilah aku sangat menyukainya bahkan rela melakukan apapun demi dia, bahkan rela menolak untuk menikah dengan Adrian, pria yang sudah dijodohkan oleh mendiang mama dari aku kecil dan gara-gara foto ini juga, aku dengan kejamnya menyakiti perasaan Adrian yang nyatanya sangat tulus mencintai aku! Aku .... " Raisa menitikkan air matanya, dadanya terasa sesak ketika dia mengingat semua kejadian buruk di kehidupan sebelumnya, kejadian dimana dia sering memperlakukan Adrian dengan kasar, ketus bahkan sangat menyakitinya.
"Adrian maafkan aku! Aku memang b******k! Aku banyak sekali menyakiti kamu tapi kamu masih saja mencintai aku, maafkan aku Adrian, maafkan aku!" Air mata Raisa semakin deras, dia terus mengucapkan kata maaf untuk Adrian karena dosanya terhadap Adrian benar-benar sangat besar.
"Hiks ... Hiks ... Aku sudah sangat jahat padamu! Aku berjanji akan menebus semuanya di kehidupan ini, aku berjanji!" Ucap Raisa, dia segera menghapus air matanya, lalu kembali menatap layar ponselnya.
"Dilihat-lihat foto ini memang tidak mirip dengan Kevin, tapi kakak tampan ini malah lebih mirip dengan Adrian. Apakah mungkin yang aku dengar saat mereka melempar aku ke jurang itu benar, kalau kakak tampan itu adalah Adrian?" ucap Raisa, dia terus menatap foto anak kecil laki-laki yang dia sebut kakak tampannya itu.
"Jika ini benar adalah kamu Adrian, aku harus lebih mencintai kamu," ucap Raisa.
"Aku harus memastikan kalau ini adalah kamu! Ya, aku harus memastikannya agar aku tidak keliru lagi! Aku tidak mau, Kevin menggunakan alasan foto ini untuk memanfaatkan aku lebih banyak lagi, apalagi sampai dia merebut hak warisku sebagai putri sulung keluarga Madava untuk anak pelakor itu," ucap Raisa, dia mengepalkan tangannya dengan erat, dendamnya yang sudah mendarah daging dihatinya sudah tak bisa dia bendung lagi.
"Kali ini, aku harus bisa membuktikan jika kakak tampan itu bukan Kevin dan ini adalah awal mula balas dendamku untuk kamu Kevin dan juga semua yang terlibat dengan nasib burukku di masa lalu," ucap Raisa dengan tekad kuat, dia akan memulai balas dendamnya.
"Sekarang, hal pertama yang harus aku lakukan mencari seorang detektif untuk mencari tahu apalagi kakak tampan itu adalah Adrian dan setelah itu .... " Raisa tiba-tiba teringat dengan temannya yang tulus dan baik, tapi dia terhasut Oleh Brenda jadi dia menjauhinya.
" Kiana! Kamu satu-satunya teman yang tulus! Aku harus menemuinya dan meminta maaf karena sudah memaki dia kemarin," ucap Raisa, dia segera turun dari atas tempat tidur dan bergegas membuka lemari untuk mengganti pakaiannya karena saat ini, dia masih memakai pakaian tidurnya.
Saat Raisa membuka pintu lemari, matanya melotot lalu memalingkan wajahnya.
"Sialan kenapa semua baju di lemari ini terlihat memalukan sekali! Bagaimana bisa aku dulu memakainya? Ini ... Ahhh! Aku malu sendiri!" Raisa segera menutup pintu lemarinya.
"Ternyata orang yang terlalu buta karena cinta bisa sebodoh ini! Bisa-bisanya aku menuruti ucapan Brenda kalau Kevin sangat menyukai aku berpenampilan seksi seperti ini dan Kevin juga ... Ah sial! Mereka berdua benar-benar ingin menjatuhkan aku, mereka ingin aku memperlihatkan bahwa aku memiliki citra yang sangat buruk dan Renata .... " Raisa baru ingat jika itu memang sengaja dilakukan agar Renata memiliki citra baik, manis dan polos seolah dia adalah peran protagonis wanita dan dirinya peran antagonis nya.
"Benar-benar pintar sekali kamu Renata! Kamu merusak aku supaya semua orang bersimpati padamu, menutup fakta kalau kamu adalah anak hasil perselingkuhan papa dan ibu kamu!" Raisa menarik napas panjang untuk meredakan emosi yang sudah bergejolak dihatinya.
"Tidak boleh dibiarkan! Aku tidak akan lagi terjebak dengan semua rencana busuk kamu! Kali ini, aku akan menunjukkan bahwa anak dari istri sah jauh lebih baik segalanya daripada anak dari hasil perselingkuhan!" ucap Raisa, dia menarik napas dalam-dalam dan menatap lagi ke arah lemarinya.
"Huft! Baiklah untuk langkah pertama, kita buang semua ini dan aku harus membeli pakaian yang lebih sopan dan juga ...." Raisa melihat ke arah meja riasnya, dia bergidik melihat semua itu.
"Itu juga harus dibuang, aku tidak akan lagi berdandan seperti mau ngelenong!"
Raisa pun segera berjalan ke arah pintu dan memanggil Bi Nur.
"Bi, tolong kemari sebentar!" Teriaknya.
Bi Nur pun segera datang menghampirinya.
"Ada apa nyonya? Tadi anda memanggil saya?" Jawabnya dengan segera.
"I-itu bi, bisakah buang semua pakaian saya yang di dalam lemari? Oh ya satu lagi semua make up serta parfum yang baunya menggelikan itu juga tolong dibuang semuanya!" Perintah Raisa.
Bi Nur melongo mendengarnya.
"Hah, nyonya serius ingin membuang semua itu? Bukannya anda sangat menyukainya dan ...."
"Buang semua bi! Saya jijik melihatnya! Saya mau berubah jadi wanita elegan seperti yang diinginkan mas Adrian, " ucapnya dengan senyuman berbinar.
Bi Nur tersenyum kecil mendengar ucapan Raisa.
"Nyonya saya senang sekali mendengarnya! Nyonya akhirnya memikirkan tuan juga," ucapnya sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
Raisa pun menyipitkan matanya, dia mendekatkan wajahnya ke arah Bi Nur.
"Memangnya mas Adrian sering memikirkan saya, bi?" tanya Raisa.
Bi Nur menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Tentu saja Tuan selalu memikirkan anda nyonya, beliau sangat menyayangi anda, hanya saja sikap nyonya selama ini yang tak pernah peduli jadi nyonya tidak tahu kalau .... " belum selesai Bi Nur bicara.
Terdengar suara deheman dari arah belakangnya membuat Bi Nur terkejut dan menghentikan ucapannya.