Tok' tok' tok'
Suara ketukan itu bergema ketika Adrian masih bingung memilih pakaian yang mau dia kenakan hari ini dan saat ini, dia masih memakai handuk yang membalut tubuh bagian bawahnya, sedangkan atasnya tak memakai pakaian sama sekali.
"Siapa?" teriak Adrian, dia masih fokus memikirkan pakaian yang mau dia pilih tapi tak ada satu pun baginya yang cocok.
"Mas, kamu ada di dalam?" jawab dari luar dan suara itu sangat familiar bagi Adrian.
"Eh, itu kan suara Isa? Dia sudah selesai?" ucap Adrian, dia segera berlari ke arah pintu.
Deg' deg'
Jantungnya kembali berdegup kencang, dia benar-benar merasa gugup sendiri.
"Ya, aku ada di dalam, tunggu sebentar!" jawab Adrian.
Dia menarik napas dalam-dalam, perlahan menghembuskannya untuk menenangkan dirinya.
Krekkk!
Adrian pun membuka pintu dan Raisa sudah berdiri di depan pintu.
Adrian melotot ketika melihat penampilan Raisa yang berubah dari biasanya.
"Ka-kamu ... Kamu Raisa kan?" tanya Adrian.
Raisa tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Iya, ini aku mas! Apa ada yang aneh sama aku? Apakah aku terlihat jelek sekali ya mas? Maaf ya, tidak ada pakaian lagi yang lebih baik dari ini, yang lainnya itu ... Duh! Memalukan sekali," ucap Raisa, dia melihat ke dirinya sendiri, saat ini dia memakai dress dibawah selutut berwarna biru muda dan memakai sepatu tanpa hak serta riasannya yang sederhana dengan memakai lipstick berwarna pink cerah.
Karena tidak ada warna lipstick yang lebih lembut, jadi sementara dia memakai yang ada saja.
Adrian menggelengkan kepalanya.
"Tidak jelek, kamu malah terlihat sangat cantik dan manis sekali!" Ucapnya tanpa sadar.
Namun, segera menutup mulutnya.
"Kamu kenapa memang pakaian ini? Bukannya kamu tidak suka ya, katanya pakaian ini norak dan bukan selera kamu?" tanya Adrian.
Raisa langsung teringat di kehidupan sebelumnya, jika pakaian itu diberikan Adrian sebagai hadiah ulang tahunnya, karena dirinya sangat membenci Adrian, maka dia mengatakan kata-kata yang buruk untuk menyakiti Adrian dan melemparkan pakaian itu ke dalam lemari secara sembarangan, sampai lupa karena dia pikir sudah dibuang olehnya.
Namun, dia menemukannya kembali, kini setelah mengingat semuanya, rasa bersalah dihati Raisa bertambah.
"Maafkan aku mas! Saat itu aku memang sedang tidak waras, padahal pakaian ini sangat bagus dan sebenarnya aku menyukainya, tapi ... Karena aku yang bodoh jadi aku ...."
"Baiklah, jangan bahas itu lagi! Syukurlah kalau kamu ingat kalau ini hadiah dariku," sela Adrian.
Dia tak mau merusak acara hari ini karena membahas hal yang akan membuat Raisa marah lagi padanya.
"Emmm ... Terima kasih mas, aku merasa sangat bersalah sekali! Tapi, aku sudah memakainya, kamu suka kan kalau aku memakainya? Atau kalau kamu tidak suka, aku ...." Raisa menatap Adrian dan baru menyadari jika Adrian tak memakai pakaian.
"Eh, mas tubuh kamu bagus sekali," ucap Raisa tanpa sadar dia terus menatap d**a bidang Adrian sambil menelan ludah berkali-kali.
"Bodoh kamu Raisa, kenapa dulu tidak menyadari kalau Adrian itu sangat tampan dan ... Seksi sekali," gumam Raisa, dia tersenyum sendiri dengan tatapan seperti orang c***l.
Membuat Adrian bergidik.
"Raisa, ka-kamu ... Apa yang kamu lakukan?" teriak Adrian secara refleks menyilangkan kedua tangannya di d**a.
Raisa tersentak, dia kembali ke ekpresi semula.
"Ah, itu mas ... A-aku hanya ... Emmm ... Aku terkejut kalau kamu punya tubuh sekeren ini, kamu seperti aktor di televisi, boleh aku...." Mulut Raisa segera dibungkam oleh telapak tangan Adrian.
"Heh! Jangan bicara sembarangan kamu! Buang pikiran kotor kamu itu!" teriak Adrian, dia salah tingkah sendiri.
Raisa mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Hummm! Maaf mas," Ucapnya.
Adrian melepaskan tangannya.
"Bagus! Lain kali jaga sikap kamu! Kalau begitu aku mau ganti baju dulu, kamu tunggu di sini sebentar!" ucap Adrian yang bergegas masuk dan hendak menutup pintu.
Namun, Raisa segera menahan pintu itu.
"Mas, bolehkah aku masuk ke kamar kamu? Eemmm ... Aku mau melihat koleksi pakaian kamu?" pinta Raisa.
Adrian langsung panik.
"Eh itu ... Tidak usah ya! Nanti saja ya! Bukannya kita harus buru-buru pergi, nanti keburu sore takutnya tokonya tutut," ucap Adrian, dia mendorong Raisa dan segera menutup pintu dengan cepatnya.
Brakkk!
Pintu tertutup, Raisa berdiri dengan tatapan bingung sendiri.
"Tapi mas, aku bantu pilih supaya kamu tidak bingung! Kamu pasti bingung mau pakai apa kan?" teriak Raisa.
Adrian tidak menggubrisnya, dia kembali menatap semua pakaiannya yang sudah berantakan diatas tempat tidurnya.
"Bisa-bisanya Isa tahu apa yang sedang aku pikirkan! Tapi kalau dia tahu, aku sudah mengeluarkan semua isi lemari ini, Isa pasti menertawakan aku," ucap Adrian, dia memijat dahinya sendiri.
"Sudahlah! Aku harus secepatnya memakai pakaian, kasihan Isa menunggu lama nanti dan kalau dia kesal, takutnya kencan ini gagal lalu dia ... Ah! Adrian, cepatlah! Jangan membuat dia menunggu terlalu lama," ucap Adrian.
Dia pun mengambil kemeja berwarna biru muda yang hampir mirip dengan pakaian yang digunakan Raisa hari ini dan mengambil celana panjang berwarna coklat muda.
"Ini saja deh! Mudah-mudahan Isa tidak menertawakan aku," ucap Adrian yang segera mengenakannya, lalu merapihkan pakaiannya dan memasukkan ponsel serta dompet ke saku celananya.
"Oke lah! Seperti ini saja," Adrian menyemprotkan banyak minyak wangi ke tubuhnya.
Setelah bercermin dan memastikan dirinya sudah puas.
Adrian bergegas membuka pintu, dia kembali melihat Raisa yang masih berdiri di depan pintu.
"Mas, kamu sudah selesai?" ucapnya dengan senyuman penuh antusias.
"Ya, aku sudah selesai, kita bisa pergi sekarang," ucap Adrian.
Raisa terus tersenyum dan segera memeluk lengan Adrian.
"Ayo kita pergi sekarang mas! Kamu pakai pakaian yang sama denganku, kita sudah terlihat seperti pasangan ya mas," ucap Raisa dengan penuh semangat.
Adrian mengangguk dan tersenyum kecil.
"Ya, aku hanya sembarang memakainya tidak tahu kalau kita jadi pasangan seperti ini," ucapnya dengan alasan yang tak masuk akal, dia masih gengsi mengakui bahwa sebenarnya itu dia memilih berulang kali.
"Pokoknya kita pasangan, biar semua orang tahu kalau aku punya suami setampan kamu mas! Heheheh ... Ayo kita pergi sekarang mas," ucap Raisa, dia menarik lengan Adrian dan keduanya berjalan pergi menuruni tangga, menuju pintu keluar.
Sepanjang jalan, Adrian tersenyum sendiri, terngiang-ngiang dengan ucapan jika suaminya yang tampan.
"Isa, akhirnya kamu mengakui aku tampan, hehehehe ...." gumam Adrian dia terus tersenyum sendiri.
Para pelayan yang ada di rumah itu terus menatap terkejut melihat kebersamaan mereka yang akur, bahkan melihat Raisa yang memeluk lengan Adrian lebih dulu itu adalah pemandangan yang sangat langka.
"Woww ... Ada apa dengan nyonya hari ini?" Ucap tiga pelayan yang bertugas membersihkan rumah dan tugas lainnya.
Sedangkan Bi Nur yang sudah mengetahui lebih dulu perubahan sifat Raisa, hanya tersenyum cerah.
"Nyonya benar-benar menepati janjinya, semoga setelah ini rumah ini terus diliputi kebahagiaan," ucapnya dengan mata berkaca-kaca, Bi Nur ikut merasakan kebahagiaan.
Sedangkan kedua orang yang sedang dibicarakan, terus berjalan ke pintu luar dan mobil sudah siap menunggu.
"Mas, hari ini mas menyetir sendiri atau ...."
"Menyetir sendiri," jawabnya dengan tegas.
Raisa tersenyum dan malah menyadarkan kepalanya di lengan Adrian dengan manja.
"Hore, bisa berduaan sama mas, tidak ada sopir yang akan mengganggu kita," ucap Raisa.
Adrian tersenyum mendengarnya.
"Oh ya! Memangnya kita mau ngapain sampai takut di ganggu?" tanya Adrian yang masih bertahan dengan suara tegasnya.
Raisa mendongakkan kepalanya, dia tersenyum mencurigakan.
"Ada deh! Sudah ah, ayo pergi sekarang, nanti keburu sore," ucap Raisa, dia pun melepaskan lengan Adrian dan segera masuk ke dalam mobil lalu duduk di kursi tepat sebelah Adrian.
Adrian pun segera masuk lalu duduk dengan tegap.
"Kita mau kemana?" tanya Adrian.
Raisa yang sedang memakai sabuk pengaman pun, menjawabnya.
"Ke Mall mas, aku mau membeli pakaian baru, sepatu, tas, parfum dan alat-alat make up, aku sudah membuang semua yang ada di dalam kamar itu!" ucap Raisa, dia yang sudah selesai memakai sabuk pengaman, kembali memeluk lengan Adrian dan bergelayut manja padanya.
"Mas, aku bolehkan belanja banyak? Tapi kalau tidak boleh, aku akan beli beberapa saja, aku takut uang kamu habis nantinya," ucap Raisa.
Adrian segera mengambil dompetnya dan mengeluarkan kartu berwarna hitam.
"Beli sepuasnya! Pakai kartu ini, isinya tidak terbatas! Kalau mau beli tokonya, kamu bisa membelinya," ucap Adrian.
Raisa melotot dan segera mengambil kartu dari tangan Adrian.
"Mas, kamu jangan terlalu gila! Aku tidak serakus itu sampai membeli tokonya, tapi ... Hehehe ... Terima kasih banyak, aku akan memakai uang kamu sebaik mungkin mas! Tidak akan aku buang sia-sia," ucap Raisa, dia memasukkan kartu itu ke dalam tas nya.
Lalu mengeluarkan kartu lain dan memberikannya pada Adrian.
"Mas, tolong blokir kartu ini, aku tidak mau si b******k itu terus menghabiskan uang kamu dengan seenaknya," ucap Raisa.
Adrian mengerenyitkan dahi.
"Kamu yakin tidak mau memberikan uang lagi padanya? Bukannya kamu .... " Mulut Adrian dibungkam oleh jari telunjuk Raisa.
"Ssttt! Jangan bahas dia lagi! Membahas dia malah merusak suasana saja! Pokoknya tolong blokir saja, aku tidak mau pakai kartu itu lagi," ucap Raisa.
Adrian mengangguk.
"Baiklah! Aku turuti permintaan kamu," jawabnya sambil menyingkirkan jari telunjuk Raisa.
"Terima kasih mas, aku sayang banget sama kamu," ucap Raisa dengan manjanya.
Adrian hanya bisa tersenyum dan setelah itu, dia menyalakan mesin mobil.
"Kita pergi sekarang?" tanya Adrian.
"Huumm! Sekarang mas," jawab Raisa yang makin lengket bergelayut di lengan Adrian.
Adrian tersenyum makin lebar, dia pun segera menginjak pedal gas dan mobil pun melaju kencang meninggalkan rumahnya.