Masih meragukanmu

1321 Kata
"Mas! Kamu bicara apa tadi?" tanya Raisa dengan tatapan penasaran. Adrian segera memalingkan wajahnya dan segera melepaskan tangan Raisa yang sedang memeluknya. "Tidak ada apa-apa! Karena kamu sudah baik-baik saja, a-aku ... mau kembali ke kantor, masih banyak pekerjaan yang harus aku ...." Adrian tak bisa melanjutkan ucapannya, ketika tiba-tiba saja Raisa kembali memeluknya. "Mas, kamu sibuk banget ya? Tidak bisakah kamu menemani aku sehari ini saja, a-aku ... Aku masih kangen sama kamu," rengeknya dengan mata berkaca-kaca, Raisa memohon agar Adrian tidak pergi. Adrian langsung menoleh, dia melihat mata Raisa yang berkaca-kaca, membuat dirinya luluh tak tega untuk menolak permintaannya. "Kamu yakin ingin aku di sini? Bukannya setiap aku mendekat kamu selalu menolak aku, bahkan aku ...." Mulut Adrian dibungkam oleh telapak tangan Raisa, membuat dia tak bisa bicara lagi. "Jangan bicara lagi mas! Aku tahu kalau dulu memang sangatlah bodoh! Bodoh, aku memang orang paling bodoh! Tapi sekarang sudah sadar mas! Aku sadar kalau aku mencintaimu, aku mau kamu ada disisi aku, aku butuh kamu mas," ucap Raisa, dia menatap Adrian dengan tatapan sendu dan air matanya pun akhirnya jatuh membasahi pipinya. "Mas, tolong beri aku kesempatan untuk berubah, aku mohon!" ucapnya. Adrian merasa hatinya sangat sakit, ketika melihat Raisa menitikkan air matanya, karena dia terlalu mencintainya sehingga ketika dia melihat Raisa sedih, hatinya ikut merasakannya. Sehingga, dia pun tak tega untuk menolaknya walaupun dia sebenarnya masih meragukan ucapan Raisa dan takut kecewa karena Raisa tiba-tiba berubah tanpa sebab, takutnya ada rencana lain dibalik itu semua. Namun, rasa cintanya yang besar tak tega untuk tak peduli padanya, sehingga pada akhirnya Adrian kembali luluh. "Aku akan memberikan satu kesempatan padanya, jika dia berani membohongi aku, aku hanya bisa mengurungnya dan hanya aku saja yang boleh memiliki kamu Isa!" gumam Adrian, dia pun menyingkirkan telapak tangan Raisa yang sejak tadi membungkam mulutnya. "Baiklah! Aku akan memberi kamu satu kesempatan, tapi ini kesempatan terakhir buat kamu! Aku akan percaya kalau kamu akan berubah dan ... Tentang perasaan kamu, aku butuh bukti, bukan hanya ucapan saya," ucap Adrian dengan tegas. Raisa langsung tersenyum dan mengangguk setuju. " Tenang saja mas, aku akan buktikan ke kamu kalau aku sudah berubah dan melupakan si b******k itu! Aku tidak lagi menyukainya dan yang aku sukai ... Ah bukan! Bukan hanya menyukai tapi yang aku cintai itu kamu mas! Suamiku tersayang," ucap Raisa, dia langsung memeluk erat Adrian dan menyandarkan kepalanya di dadanya, dengan senyuman bahagia karena dia bisa memeluk pria yang sudah banyak berkorban di kehidupan dia sebelumnya bahkan diakhir hidupnya, hanya Adrian yang tulus mencintainya. "Mas Adrian, kali ini giliran aku yang mencintaimu lebih dulu, aku berjanji akan mencintai kamu seperti kamu mencintai aku di kehidupan sebelumnya dan untuk kedua manusia b******k itu ...." Raisa langsung berubah raut wajahnya ketika mengingat kejahatan dari Kevin dan juga saudara tirinya. "Renata ... Kevin, aku akan balas dendam pada kalian yang sudah membunuh aku!" gumam Raisa dengan mata memerah yang dipenuhi oleh api dendam yang sangat dalam. Raisa terus mengumpat saat membayangkan dua orang yang sudah membuat hidupnya hancur. Dia memeluk Adrian semakin erat dan Adrian merasakannya. "Ada apa dengan dia? Kenapa dia memelukku sangat erat, seolah takut kehilanganku? Dia semakin aneh saja?" gumam Adrian, dia merentangkan kedua tangannya dan hendak membalas pelukannya, namun segera dia urungkan. "Tidak! Adrian kamu jangan lemah, kamu harus jaga harga diri kamu supaya dia tidak menyepelekan kalau kamu mudah memaafkannya!" gumam Adrian, dia pun menarik kembali kedua tangannya. "Ahemm! Raisa, kamu mau peluk aku berapa lama lagi? Kamu ...." belum selesai Adrian bicara, Raisa langsung mendongakkan kepalanya. "Mas, kamu kenapa masih memanggil aku dengan nama Raisa? Panggil aku Isa! Bukannya kamu suka sekali dengan nama itu?" ucap Raisa dengan senyum manisnya. Glekk! Adrian menelan kasar ludahnya, dia sudah salah tingkah, hatinya serasa ingin meledak ketika melihat tatapan manis Raisa yang begitu menggoda. "Sial! Dia menggemaskan sekali! Ingin sekali aku menciumnya dan ... Argghh! Jangan Adrian, kamu harus tetap jaga martabat kamu, jangan biarkan Raisa mengetahui kelemahan kamu!" gumamnya sambil menggertakkan gigi, Adrian segera memalingkan wajahnya. "Aku harus secepatnya menjauh dari wanita ini, kalau tidak ... Aku takut tidak mengendalikan diriku lagi!" gumam Adrian. "Jangan aneh-aneh kamu Raisa! Kata siapa aku suka dengan nama kamu yang itu! Jangan ngarang deh!" ucap Adrian. Raisa menyentuh pipi Adrian lalu memaksanya untuk menatapnya. "Mas, kamu yakin tidak suka dengan panggilan itu? Padahal aku suka loh mas, suka banget!" ucap Raisa yang masih tersenyum dengan manis. Mata Adrian melotot, jantungnya berdetak semakin kencang. Deg! Glek! Adrian menelan ludahnya berkali-kali, api hasrat dalam hatinya sudah tak bisa ditahan lagi, apalagi saat melihat senyuman manis dari bibir mungil Raisa, pipinya yang lembut nan bersinar, matanya yang indah dengan tatapannya yang menggemaskan serta lehernya yang jenjang, membuat Adrian yang sudah sangat mencintai Raisa semakin terasa gila dibuatnya. "Sial! Dia cantik sekali! A-aku ... Argghh! Sial aku ingin sekali mencium bibirnya, pipinya, lehernya dan ingin sekali aku memiliki tubuh kamu yang ...." Adrian segera menggelengkan kepalanya, menghilangkan pikiran kotornya terhadap Raisa. "Tidak! Adrian jangan pernah kamu memiliki pikiran untuk memaksa dia tidur dengan kamu! Kamu tulus mencintainya, kamu tidak boleh menyakitinya!" gumam Adrian, dia pun segera menarik napas dalam-dalam. "Raisa, kamu jangan aneh-aneh! Aku sangat sibuk sekarang, nanti saja kita bahas lagi," ucap Adrian secara refleks mendorong Raisa hingga pelukannya terlepas. "Baiklah mas! Kalau kamu sangat sibuk, kamu selesaikan saja pekerjaan kamu dulu! Nanti malam kita bicara lagi," ucap Raisa yang kemudian segera pergi menjauh dari Adrian. Adrian menatap Raisa dengan tatapan menyesal. "Maafkan aku Isa! Aku tidak bermaksud untuk mendorong kamu, aku hanya ... Aku hanya takut lepas kendali lalu menyakiti kamu nantinya," gumam Adrian. Dia berjalan mendekati Raisa yang kini sedang duduk di sisi tempat tidur dan mengambil ponselnya yang sejak tadi belum dia periksa. "Raisa, kamu istirahat saja! Aku pergi ke kantor dulu," ucap Adrian. Raisa menatap Adrian, dia mengangguk. "Hati-hati di jalan mas, pulang jangan terlambat ya!" ucap Raisa. "Emmm ... Iya! Perbannya nanti diganti oleh dokter dan ...." Adrian bingung mau bicara apa lagi. "Dan apa mas?" tanya Raisa. "Ah ... Tidak ada! Aku pergi dulu," Adrian langsung membalikkan tubuhnya bergegas melangkah pergi meninggalkan Raisa. Namun, lengannya langsung dipegang oleh Raisa. "Mas, jangan pergi dulu! Masih ada satu yang ketinggalan," ucap Raisa. Adrian mengerenyitkan dahinya. "Ketinggalan?" tanyanya dengan tatapan heran. Raisa tersenyum lebar, dia bangun dari duduknya lalu mendekati Adrian. "Ada yang ketinggalan mas, ini ...." Cup! Raisa mengecup pipi Adrian. Membuat mata Adrian melotot karena terkejut. "Sudah mas! Semangat ya kerjanya, makan siang jangan dilewatkan! Aku sering dengar kalau mas suka melewatkan jam makan siang karena terlalu sibuk! Emmm ... Jangan sering-sering di lewati ya mas, nanti kalau mas sakit, hati aku sedih melihat suami yang aku cintai terbaring lemah karena sakit," ucap Raisa dia mengelus pipi Adrian dengan lembut. "Ya sudah, mas sekarang boleh pergi! Maaf kalau aku terlalu cerewet," ucap Raisa, dia menundukkan kepalanya, dia takut Adrian malah membencinya. Adrian langsung tersadar. "Ah iya! Aku tidak akan melewatkan jam makan siang lagi, terima kasih sudah mengingatkan aku," ucap Adrian. Dia pun membalikkan tubuhnya dan diam-diam menyentuh pipi bekas kecupan manis dari Raisa, lalu tersenyum sendiri. "Aku suka kamu sifat kamu hari ini Isa, semoga kamu tidak kembali seperti sebelumnya," gumam Adrian yang setelah itu berjalan pergi, meninggalkan Raisa di dalam kamar itu sendirian. Sedangkan Raisa, dia menatap punggung Adrian yang perlahan hilang dari pandangannya. "Mas Adrian, aku akan berusaha keras supaya kamu percaya dengan semua janjiku dan cepat atau lambat kamu pasti akan menunjukkan cinta kamu padaku, tanpa harus kamu pendam sendirian lagi," gumam Raisa yang tanpa terasa air mata pun jatuh membasahi pipinya. Dia segera menghapusnya, menatap ke arah luar jendela untuk menatap langit yang sangat cerah, secerah harapan yang ada di dalam hatinya saat ini. "Mas Adrian, aku mencintaimu," gumamnya dengan senyuman penuh harapan, Raisa akan memulai semuanya dari hari dan akan mengubah jalan hidupnya agar tak terulang seperti di kehidupan sebelumnya. Namun, saat Raisa sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Tiba-tiba saja. Tok' tok' tok. Suara ketukan membuyarkan lamunannya saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN