Tangan Kris mengepal. Terlalu terbawa emosi membuatnya ceroboh hingga mengucapkan kalimat yang menjebaknya sendiri. Padahal ia masih membutuhkan Renata sampai ia benar-benar sembuh. “Yang kuingat kau marah padaku dan pergi tanpa mengatakan apapun,” ucap Kris. “Kenapa aku marah padamu? Ada alasan kenapa seseorang melakukan sesuatu kan, Kris,” ucap Renata memberi Kris tekanan. Ia sudah mulai curiga bahwa sebenarnya Kris tidak benar-benar amnesia. Kris menelan ludah susah payah. Apapun yang terjadi ia tak akan membiarkan Renata pergi. Atau, apa ia mengaku saja dan memohon ampun pada Renata? Tiba-tiba Kris mendesis dan memegangi kepala. “Re, kepalaku. Kepalaku, sakit sekali,” ucapnya. Renata bangkit dari duduknya kemudian berdiri tepat di depan Kris. Kedua tangannya lalu bertumpu sisi

