Anton terdiam dan kebingungan saat pikiran-pikiran gila itu mulai masuk di kepalanya dan dia tak bisa menekannya. Dia berkali-kali menarik napas panjang, berusaha meredakan gejolak laki-laki yang entah sejak kapan susah untuk dikendalikan. “Belok di depan, Mas,” bisik Vina lirih memecah suasana canggung di antara mereka berdua. Tak lama kemudian, Vina sudah berdiri di depan sebuah pintu kamar kos yang sepi. Sekarang sudah lewat tengah malam, tentu saja para penghuni kos-kosan sudah terlelap dalam mimpi indah mereka. “Mmm, ya udah. Aku pulang dulu, Vin,” kata Anton ke arah Vina. Vina diam. Anton membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya ke arah mobil yang terparkir di halaman tak jauh dari depan kamar kos Vina. “Mas…” panggil Vina pelan. Anton menghentikan langkahnya dan tak menol