Seraphina tidak keluar dari kamar selama dua hari. Ia mengunci diri di dalamnya, menolak makan, menolak berbicara, dan mengabaikan ketukan pintu dari Damien. Ia hanya duduk di lantai, bersandar di dinding, membiarkan air mata mengering di pipinya. Ia merasa hancur, dikhianati, dan kosong. Semua yang ia pikir ia tahu tentang Damien, semua yang ia pikir ia rasakan, ternyata adalah kebohongan yang rumit. Ia bukan Seraphina yang diselamatkan oleh seorang pahlawan, ia adalah Seraphina yang dimanipulasi oleh seorang monster. Di sisi lain pintu, Damien berdiri. Ia memegang nampan berisi makanan, tetapi ia tidak berani masuk. Ia bisa mendengar isak tangis Seraphina. Setiap isakan itu seperti tusukan di hatinya. Ia terbiasa dengan rasa sakit, tetapi rasa sakit ini berbeda. Ini adalah rasa sakit ya

