Aroma dari darah yang ada di luar masih terasa menusuk hidung Seraphina. Padahal, sudah berjam-jam sejak terakhir kali ia melihat Damien menumpahkan darah. Ia duduk di sofa beludru merah marun, lutut ditekuk ke d**a, matanya kosong menatap jendela besar di hadapannya. Pemandangan kota yang berkilauan di bawah sana terlihat begitu jauh, seolah ia berada di dunia lain. Bukan dunia yang penuh dengan gedung pencakar langit dan gemerlap lampu, tapi dunia yang gelap, dunia tempat Damien hidup. Tangannya masih gemetar. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, wajah-wajah yang tadi tewas di tangan Damien muncul seperti bayangan, dan darah yang menetes dari pedangnya seolah-olah tumpah tepat di depannya. Itu bukan mimpi buruk. Itu nyata. Dan itu adalah hal yang paling menakutkan yang pernah ia sa

