Bab 55. Tidak Punya Hak Untuk Marah.

1772 Kata

Hari-hari selanjutnya Tara dan Arga jalani seperti layaknya pemain sinetron. Mereka terlihat baik-baik saja di depan orang lain. Namun, saat tidak ada yang melihat, keduanya sama-sama menjaga jarak. Minggu berlalu, bahkan bulan berlalu, dan hubungan mereka semakin terasa hambar. Keduanya masih berbagi ranjang yang sama setiap malamnya, dengan guling sebagai pembatas—meskipun saat pagi guling itu selalu sudah berpindah tempat. Tara menarik pelan napasnya. “Besok aku ke Bali. Dua hari.” Tara memecah hening di dalam kamar dengan dua penghuni yang sudah berbaring di ranjang yang sama. Arga yang sudah menutup mata, langsung kembali membuka kelopak matanya lalu memutar kepala ke samping. Pria yang berbaring terlentang itu menatap Tara yang juga sudah menoleh ke arahnya. Kening pria itu dengan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN