“Hah, negatif?” tanya Naya tanpa mengangkat kepala. Wanita itu menatap garis merah satu pada alat pendeteksi kehamilan. Istri Malaka Hutama tersebut terlihat tidak percaya pada apa yang dilihatnya. “Kok bisa?” Tara menahan bola mata yang sudah akan berputar mendengar dua kata terakhir yang meluncur dari mulut sang mama. “Ya tentu saja bisa, Sayang. Anak itu hak prerogatif Tuhan. Jangan lupa itu.” Tara langsung menggerakkan kepala turun naik beberapa kali. Menyetujui apa yang dikatakan oleh sang papa. “Ya iya, tapi—” “Tidak ada tapi-tapian, Sayang. Kalau Tuhan bilang belum saatnya Tara hamil, mau berapa kali pun mereka bercinta ya tetap belum hamil.” Alka kembali menyahut. Tara meringis. Wanita itu kemudian berdehem saat sang mama mengangkat kepala lalu menoleh ke arahnya. “Sepertiny