“Eh, hati-hati. Awas, meja.” Ayu menarik tubuh Arga. “Berat juga kamu, Mas,” gumam Ayu menahan tubuh Arga yang terhuyung. “Ayo, sebelah sini.” “Kepalaku berat sekali, Sayang.” Dalam otak Arga, yang sedang memapahnya adalah Tara. Sementara Ayu mengerjap beberapa kali. Wanita itu menarik pelan namun panjang napasnya. “Mas Arga.” “Tara, Sayang.” Sepasang bibir Ayu langsung terkatup rapat. Wanita itu menahan lagi tubuh Arga yang kembali terhuyung, lalu melanjutkan ayunan kaki yang terasa berat dengan beban tubuh besar Arga. Beberapa langkah, Ayu berhenti. Wanita itu menoleh, menatap Arga yang sedang memijat kepala dengan satu tangan yang bebas. Arga berusaha membuka kelopak mata yang rasanya ingin terus tertutup. Tangan kirinya memijat pelipis. Napasnya memburu, seakan ia baru saja menyel