Begitu pintu ICU terbuka, hawa dingin yang menusuk langsung menyergap. Bau obat-obatan dan suara mesin monitor mendominasi ruangan. Lampu putih menyilaukan, membuat semua terasa seperti dunia lain—dunia antara hidup dan mati. Di tengah ruangan, tubuh kecil Ian terbaring di ranjang. Selang infus menempel di tangan mungilnya, oksigen menutupi hidung, kabel monitor melekat di d**a. Matanya terpejam, wajahnya pucat, napasnya tersengal melalui bantuan mesin. Bunyi monitor detak jantung—tiit… tiit… tiit—terdengar semakin tidak stabil. Grafik di layar naik turun tak beraturan. Indira menjerit, tangannya menutup mulut. “Ya Allah… Ian!” Tubuhnya langsung limbung, hampir jatuh kalau tidak segera ditopang oleh Adnan. Seorang dokter spesialis anak bersama tim perawat berdiri di sisi ranjang, membe