Ruangan khusus itu berada di lantai atas, kamar VIP kecil yang kemarin sengaja Adnan sewa agar keluarga bisa beristirahat. Saat pintu dibuka, aroma kayu manis dari diffuser menyambut, menenangkan sedikit suasana hati. Di meja sudah tersusun dua porsi makanan hangat yang baru saja diantar staf rumah sakit—sup ayam, perkedel kentang, ayam goreng, nasi putih, dan jus jeruk segar. Adnan menarik kursi untuk Indira. “Duduklah dulu.” Indira menggeleng pelan. “Aku nggak lapar, Pak Adnan.” Adnan menatapnya lekat. “Indi. Kamu kira aku nggak tahu? Kamu bisa bilang nggak lapar, tapi tubuhmu butuh tenaga. Demi Ian, makanlah.” Indira terdiam. Tatapan pria di depannya tidak lagi sekadar seorang mantan suami, tapi seorang ayah yang ingin memastikan ibu dari anaknya tetap kuat. Adnan mengambil sendok