Lorong rumah sakit itu masih terasa sesak, udara beraroma antiseptik semakin menusuk hidung. Lampu merah di atas ruang operasi masih menyala, seakan tak ingin padam, memaksa setiap detik terasa lebih panjang dari biasanya. Wajah-wajah lelah dengan mata sembab terus menunggu, berharap ada secercah kabar baik. Indira duduk di kursi tunggu, tubuhnya menggigil meski AC tak begitu dingin. Adnan tak jauh darinya, masih menggenggam tangan mantan istrinya erat—seolah kalau ia melepaskannya, Indira akan runtuh. Yanna masih berada dalam dekapan Darius, tangisnya tersendat-sendat. Kondisi Yanna seperti ini butuh orang yang bisa menenanginya, dan Darius bersedia melakukannya. Sementara Papa Banyu hanya bisa duduk bersandar di dinding, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Tiba-tiba seorang d