Bab 67. Malam Penuh Duka

1451 Kata

Lorong rumah sakit itu mendadak sunyi. Hanya suara langkah pelan dokter yang baru keluar dari ruang operasi terdengar, menggema dalam keheningan. Indira dan Yanna berdiri di depan, saling menggenggam tangan erat-erat, sementara Adnan dan Darius berada beberapa langkah di belakang mereka. Semua mata tertuju pada dokter yang wajahnya terlihat sangat letih, seolah beban berat menghimpit dadanya. Dokter itu menarik napas panjang, menatap satu per satu wajah penuh harap dan cemas di hadapannya. “Bapak, Ibu … saya minta maaf sebesar-besarnya.” Suaranya lirih namun jelas, seolah setiap kata adalah pedang yang siap menebas harapan. “Untuk pasien atas nama Banu … kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi pendarahan terlalu hebat. Beliau dinyatakan meninggal dunia pukul dua puluh tepat.” Seket

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN