Suara sendok beradu pelan dengan piring, namun keheningan yang membungkus meja makan jauh lebih mencolok daripada bunyi apa pun. Lampu gantung kristal di atas meja memantulkan cahaya kekuningan ke permukaan sup bening yang kini mulai kehilangan uapnya. Aroma ayam kecap bercampur jahe seolah hanya menjadi dekorasi; tak ada lagi rasa lapar yang tulus di ruangan itu. Oma Widya meletakkan sendoknya perlahan. Kerutan di wajahnya yang tegas tertangkap oleh sorotan lampu, membuat tatapannya terasa lebih menusuk. “Ad,” ucapnya datar, nada suaranya nyaris tanpa emosi, “kamu sudah tahu istrimu main dukun. Lalu … kamu mau ambil tindakan apa?” Adnan menghentikan suapan di tengah jalan. Sendok di tangannya berhenti tepat di udara, meneteskan kuah kembali ke piring. Pandangannya bergeser, menatap Oma