Udara malam di halaman rumah besar Oma Widya terasa dingin, meski lampu-lampu taman memancarkan cahaya kekuningan yang hangat. Mobil hitam berhenti perlahan di depan teras. Dari balik tirai renda yang tipis, Oma Widya sudah melihat siluet dua orang turun dari kendaraan itu. Bibirnya membentuk senyum tipis, namun matanya menyimpan kilau penuh perhitungan. Pintu mobil bagian tengah terbuka, menampakkan sosok Adnan yang tampak lelah. Sementara dari kursi pengemudi, Regan—sang asisten—ikut turun, membawa tas kerja dan jas tuannya. “Selamat malam, Ad,” sapa Oma Widya dari ambang pintu dengan nada hangat yang dibuat-buat. Senyumnya terlalu lebar untuk ukuran sambutan biasa, membuat Adnan otomatis menyipitkan mata penuh curiga. “Malam, Oma.” Adnan berjalan mendekat, satu tangan dimasukkan ke s