Pukul 11.30 WIB Ponsel Indira bergetar di atas meja. Sebuah pesan muncul dari nomor yang enggan ia simpan. Turun ke lobi sekarang. Kita berangkat meeting dan makan siang bareng klien. Jangan lama. Indira menghela napas. “Nggak pakai tolong, nggak pakai emoji, nggak pakai hati. Basi banget.” Ia berdiri dari kursi, lalu meraih tas tangan dan kaca kecil. Lipstiknya merah menyala, berbeda dari biasanya. Blush on-nya sengaja ditambah dua layer. Rambutnya yang biasanya digulung rapi, kini ia biarkan tergerai, disisir halus dan diberi aroma lavender. Kiana yang lewat sampai berhenti. “Mbak Indi, mau ngapain sih? Cantiknya maksimal banget hari ini.” Indira menyeringai. “Mau wawancara jadi artis. Doain lolos casting, ya.” Kiana tertawa tanpa curiga. “Sukses ya, Mbak! Semangat!" Indira turu