Suara deru mesin pelan terdengar dari halaman depan. Sebuah mobil taksi online berwarna putih perlahan memasuki gerbang rumah besar bergaya kolonial milik Oma Widya. Salah satu ART yang sedang merapikan susunan gelas di meja segera melongok ke arah jendela, lalu tergopoh ke ruang dalam sambil berseru kecil. “Nyonya … Nyonya! Sudah datang, tamunya sudah sampai!” Oma Widya yang tengah duduk di kursi berlapis kain beludru biru, sontak menegakkan punggungnya. Secangkir teh di tangannya bergetar sedikit, membuat bunyi kecil ketika cangkir itu bertemu piring kecilnya. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat, rasa gugup dan haru membuncah dalam dadanya. Ia melirik ke arah ART dan mengangguk dengan anggunnya. “Cepat buka pintunya, dan sapa mereka baik-baik,” ucap Oma Widya dengan nada bergetar pe