Bab 84. Ajakan Adnan

1108 Kata

Ketukan pelan terdengar dari arah pintu kamar tamu. Indira, yang sejak tadi duduk di sofa dekat jendela dengan ponsel di tangannya, refleks menoleh. Ia tidak perlu menebak lama—irama ketukan itu terlalu khas, terlalu hati-hati. Bukan Oma, bukan Mama Olivia, apalagi Papa Banyu. Benar saja, pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Adnan dengan kemeja biru muda yang lengannya sudah digulung hingga siku. Wajahnya tampak lelah, namun matanya menyimpan semacam kerinduan. Indira segera mengalihkan pandangan kembali pada layar ponsel, seolah tidak peduli. “Boleh aku masuk?” Suara itu terdengar datar, meski ada getar samar. Indira tidak menjawab. Hanya jemarinya yang sibuk menggulir layar ponsel, padahal pikirannya kosong. Adnan tersenyum getir. Ia sudah menduga sikap dingin itu. Dengan la

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN