Pagi itu, udara di tempat kediaman Tria begitu berat. Aroma bunga melati dan kamboja bercampur dengan bau tanah basah yang baru disiram. Bendera kuning berkibar lesu di depan rumah, tanda bahwa duka telah menyelimuti keluarga besar. Suara lantunan ayat suci Al-Qur’an dari pengeras suara mushola setempat terdengar lirih, mengisi setiap sudut rumah yang penuh pelayat. Halaman depan dipenuhi kursi plastik yang disusun berderet. Para tetangga berbondong-bondong datang, sebagian membawa nampan berisi makanan, sebagian lagi hanya membawa doa dan pelukan simpati. Di dalam rumah, suasana lebih sesak. Beberapa keluarga besar sudah duduk di ruang tamu, wajah-wajah muram mereka menunduk, sebagian terisak, sebagian lagi sibuk membaca yasin. Di tengah suasana itu, Yanna duduk bersimpuh di dekat rua