Bab 70. Pemakaman Banu

1370 Kata

Matahari pagi menembus tipis celah tirai rumah besar milik keluarga Tria. Namun sinarnya yang hangat tak mampu mengusir kelam yang menggantung di setiap sudut ruangan. Aroma kembang setaman samar-samar memenuhi udara, berpadu dengan suara pelayat yang semakin ramai berdatangan. Lorong rumah sesak, beberapa kursi plastik tambahan digelar di halaman depan. Lantunan doa dan bacaan yasin bergema dari ruang tengah, menambah kesyahduan sekaligus kepedihan. Di kamar, Yanna masih terbaring lemah. Wajahnya pucat, mata sembab karena tangisan tak kunjung reda. Darius duduk setia di tepi ranjang, menatapnya dengan sorot mata penuh khawatir. Sesekali ia mengatur posisi bantal atau mengelap peluh di dahi wanita itu. Pintu kamar terbuka tergesa. Indira masuk dengan mata merah, diikuti Adnan di belakan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN