Beberapa suapan berikutnya membuat Yanna sedikit lebih tenang. Namun setelah itu, ia meletakkan sendok di meja. “Om … saya nggak bisa banyak makan. Saya masih kepikiran Mas Banu.” Darius terdiam, menatapnya penuh pengertian. Ia meletakkan kotak es krim ke samping, lalu menggenggam tangan Yanna. “Yan … saya tahu, ini berat sekali buat kamu. Kehilangan orang yang kamu cintai itu rasanya … seperti separuh jiwa ikut hilang. Tapi kamu harus kuat. Banu pasti ingin lihat kamu bertahan.” Air mata Yanna mengalir lagi. “Saya … saya nggak siap, Om. Semua terlalu cepat. Baru kemarin dia bercanda soal rencana liburan, tiba-tiba sekarang saya sendiri. Rasanya kosong ….” Darius mengelus punggung tangannya. “Saya ngerti. Saya mungkin nggak bisa gantiin posisi Banu, tapi saya bisa ada di sini buat kamu