Kamar Hotel Bintang Lima – Pukul 22.40 WIB Pintu kamar terbuka dengan bunyi klik tajam, diikuti deru napas berat yang menggantung di udara. Bau parfum mahal dan alkohol dari minibar bercampur dengan aroma bunga dari vas yang telah hancur. Adnan melangkah masuk, pandangannya menyapu seisi ruangan seperti sorotan lampu sorot pada panggung teater. Kekacauan itu membuat napasnya langsung berubah pendek. Serpihan porselen berserakan di lantai marmer yang licin, bersama pecahan kaca dan bunga-bunga yang terlempar ke bawah meja. Sebuah bantal teronggok di sudut, dan sebagian sprei ranjang tercabik, seolah dilewati badai kecil. Dan di tengah semua itu, Priscilla berdiri, masih dengan lingeri merah tipis yang nyaris tak menyentuh kulitnya. Matanya sembab. Tapi begitu melihat Adnan, ia seperti k