Lembayung berjalan tenang dan sudah tak peduli dengan keputusannya. Ia masuk dimana resto and bar itu berada dan menghampiri salah satu waiters yang menyambutnya didepan.
“Sudah reservasi?” tanya sang waiters.
“Belum,” jawab Lembayung tenang.
“Untuk berapa orang?”
“Saya sendirian.”
“Mau di meja bar saja?”
“Tidak, saya ingin yang di sofa.”
“Untuk sofa ada minimum order nya.”
“Ok! Saya booking.”
Sang waiters langsung berjalan mengantar Lembayung ke sebuah sofa kecil yang bisa digunakan 4 orang. Beberapa waiters lain langsung datang mendekati Lembayung dan menanyakan apa yang ingin ia pesan.
“Saya mau pesan paket ini yang sama dengan minimum ordernya,” ucap Lembayung setelah membaca paket promo yang ada di atas meja.
Tak lama kemudian, 2 orang waiters datang meletakan sebotol minuman dalam ember alumunium berisi es, gelas, sepiring buah-buahan potong, beberapa botol bir dan satu botol minuman keras dan air mineral.
Takut tak bisa dipercaya ia bisa membayar, Lembayung segera meminta billnya lalu menggesek kartu debitnya untuk membayar minimum payment pesanan yang sebesar gajinya satu bulan.
Lembayung tampak termenung melihat mejanya yang penuh, sedangkan ia seorang diri. Perempuan ini tampak berpikir apakah ini yang selalu dibeli Amara jika bersenang-senang dengan koleganya, kah?
Seharian tak mengisi perutnya Lembayung segera menikmati buah potong diatas meja, lalu hendak bereksperiment dengan minuman-minuman di hadapannya. Dengan sigap seorang waiters membuka botol untuk Lembayung dan menuangkannya dalam gelas.
Ini untuk pertama kalinya Lembayung mencoba minuman beralkohol. Awalnya ia mencoba minuman yang terasa manis dengan akhir yang sedikit pahit lalu ia mencoba bir dan minuman yang lebih keras lagi.
“Mbak, lebih baik jangan langsung dihabiskan, minuman ini bisa mbak keep dan mbak bisa meminumnya lagi saat kembali kesini,” ucap salah satu waiters yang tampak membantu Lembayung sambil menuangkan minuman dalam gelas Lembayung.
Waiters itu seolah mengerti bahwa Lembayung sepertinya tak berpengalaman dengan minuman beralkohol dan bersikap ingin menghabiskan minumannya semua dalam satu waktu, padahal semua yang disajikan itu biasanya untuk 3-4 orang.
Lembayung hanya menyipitkan matanya, dan mengangguk pelan. Kepalanya sudah pusing, tubuhnya terasa melayang, ia sudah mabuk dalam waktu cepat. Tiba-tiba saja ia merasa sangat berani. Tanpa sadar dan tanpa rasa sungkan, Lembayung yang biasanya pemalu kini sibuk berdiri itu bernyanyi sambil berjoget saat live music mengalunkan musik ceria.
Ia semakin menggila saat waktu semakin malam, dan salah satu DJ memainkan music yang seolah memacu dentum jantung Lembayung untuk semakin bergerak bebas. Lembayung sudah mabuk, ia terus bergerak sambil tersenyum, berteriak senang dan meneteskan airmata sesaat sambil berjoget, seolah ingin melupakan rasa sedihnya.
Gadis itu tak sadar ada beberapa pria yang memperhatikannya dalam temaramnya suasana. Pria-pria tampan, yang sebenarnya serigala itu seolah tahu, bahwa Lembayung masih perempuan lugu.
Melihat Lembayung semakin sempoyongan dan tak menentu, salah satu waitress segera membantu Lembayung untuk duduk dan menyodorkannya air mineral. Ia tahu Lembayung sudah mabuk dan mencoba untuk membuatnya sadar perlahan.
“Diminum dulu mbak, sedikit demi sedikit saja … duduk dulu sebentar,” suruh waiters itu mencoba membantu Lembayung untuk kembali sadar.
Tapi Lembayung malah menghabiskan air mineral itu dalam satu tegukan, dan membuat cairan alkohol yang sudah masuk ke dalam tubuhnya bereaksi lebih cepat. Ia menyadari bahwa ia sudah tak bisa mengendalikan dirinya lagi, tetapi Lembayung malam minta dituangkan segelas minuman lagi karena ia benar-benar menghilangkan semua kesedihannya dalam rasa senangnya saat ini.
Bergerak terus menerus membuat tubuh Lembayung lelah, gadis itu terhuyung-huyung dan akhirnya jatuh berbaring diatas sofa. Matanya tertutup, tubuhnya terasa seperti melayang, lemas tak bisa bergerak, perutnya mual luar biasa, sebelum akhir ia benar-benar tak sadarkan diri.
Pria-pria yang berniat nakal pada Lembayung itu mulai beraksi, 3 orang pria berwajah tampan dan berpenampilan necis itu segera menghampiri Lembayung yang tengah dibantu duduk untuk disadarkan oleh waiterss yang sedari tadi bolak balik membantunya.
“Haloooo sayang,” sapa salah satu dari mereka sambil langsung duduk disamping Lembayung.
“Maaf mas, siapanya?” tanya sang waiters yang mencoba melindungi Lembayung.
“Saya kekasihnya, kami memang janjian untuk bertemu disini,” ucap pria itu sambil menarik Lembayung yang hampir melorot dari duduknya ke dalam pelukan pria itu.
2 temannya itu pun segera duduk dikanan kiri seolah memblokir sang waiters untuk mendekati Lembayung.
“Sayang … sayang… ini aku,” ucap pria itu lagi sambil mengelus - elus pipi Lembayung yang ada di dalam pelukannya agar membuka matanya.
Lembayung sempat membuka matanya sesaat, lalu kembali memejamkan mata dan bersandar di d**a pria itu tak sadar.
Melihat hal itu, sang waiters memutuskan untuk bergerak mundur dan berjalan menuju meja bar untuk memberitahu salah satu security bar untuk mengawasi meja Lembayung. Bagaimanapun ketiga pria itu adalah pelanggan reguler mereka karena cukup sering datang.
“Tolong awasi meja meja 35, dia datang sendirian. Amateur. Ada 3 srigala,” ucap sang waiters seolah memberi kode pada security.
Security itu segera menoleh ke arah meja Lembayung dan percakapan mereka menarik perhatian salah satu pengunjung yang tengah duduk bersama temannya di meja bar. Pria yang mendengar percakapan itu segera menoleh ke arah sang security.
“Ada apa?” tanya pria itu yang tampaknya sudah mengenal sang security karena sering datang.
“Biasa, ada cowo iseng yang mau nakal, masih saya awasi,” ucap sang security menatap ke arah meja Lembayung.
Sang pria dan temannya pun menoleh kebelakang mereka dan melihat seorang perempuan muda diantara 3 lelaki hidung belang. Pria - pria itu tanpa sungkan ikut minum minuman yang berada diatas meja Lembayung.
Pria itu yang awalnya menatap tak peduli kembali memalingkan wajahnya ke belakang. Lalu matanya membulat dan segera berdiri dan berjalan menuju meja Lembayung. Ternyata pria itu adalah Arka.
“Pergi!” bentak Arka sambil menghampiri pria -pria itu tanpa takut dan mendorong pria yang tadi mengaku sebagai kekasih Lembayung agar melepaskan Lembayung yang tak sadar diri dalam pelukannya.
“Heh! Siapa loe?!” bentak pria yang mengaku-ngaku kekasih Lembayung.
“Dia adikku! Mau macem-macem kamu?!” bentak Arka.
“Dia cewek gue!” ucap pria itu masih tak peduli dan tetap bertahan.
“Sebutkan nama dan tempat tinggalnya jika memang dia kekasihmu?!” tanya Arka menantang pria-pria itu tak gentar.
Melihat beberapa security mulai datang menghampiri mereka, ketiga pria itu akhirnya saling menatap satu sama lain, lalu bersikap cengengesan dan meminta maaf pada Arka sebelum mereka bergegas pergi meninggalkan meja Lembayung.
Arka segera menepuk-nepuk pipi Lembayung dan menatap gadis itu cemas.
“Loh, pak Arka kenal perempuan ini?” tanya security yang tadi berbincang dengannya.
“Siapa dia?” tanya Bimo teman Arka yang tengah menghabiskan waktu bersama pria itu di bar.
“Ini Lembayung, adik Amara, dia calon adik iparku! Lembayung! Lembayung! “ panggil Arka panik melihat Lembayung yang sudah sangat mabuk.
Sedangkan Lembayung hanya mengerang beberapa kali tanpa membuka matanya, menggumam bahwa ia merasa sangat mual.
***
Lembayung memicingkan matanya perlahan tanpa sanggup membukanya. Tenggorokannya terasa kering dan perih, perutnya terasa perih dan mual, kepalanya sakit dan pusing luar biasa membuatnya mengerang keras.
“Sakittt … mual…,” rengek Lembayung dengan suara keras mengungkapkan rasa sakit disekujur tubuh dan kepalanya.
“Stt, kamu muntah sendiri dulu, aku masih ngantuk banget.”
Lembayung terpaku sesaat, dengan tubuh dan kepala yang terasa sangat berat, ia memaksa matanya terbuka ketika mendengar suara laki - laki disisinya. Walau tak bisa bergerak banyak, jantungnya terasa mau copot ketika melihat Arka berbaring dengan wajah menghadapnya sambil memeluk bantal besar yang ia gunakan juga untuk tidur.
Mereka berada di dalam selimut tebal yang sama, Arka terlihat bertelanjang d**a sedangkan Lembayung menatap dirinya yang tidur mengenakan bathrobe. Rasa terkejutnya terpaksa ia tahan ketika merasakan perutnya sangat mual dan ingin muntah.
Dengan tubuh berat, Lembayung segera duduk dari tidurnya dan berjalan tertatih - tatih menuju toilet dan memuntahkan isi perutnya yang sudah berwarna kuning menandakan ia sudah mengeluarkan cairan lambungnya.
Lembayung hanya bisa menatap Arka dari kaca besar pemisah toilet dan kamar tidur. Pria itu malah membalikan tubuhnya untuk kembali tidur lelap tanpa peduli Lembayung yang tengah muntah, sedangkan Lembayung terus menerus mengeluarkan isi perutnya sambil berpikir mengapa ia dan Arka bisa berada di dalam kamar hotel mewah berdua saja? Apa yang terjadi? Mengapa ia tak mengingat apapun dari kejadian semalam?
Bersambung.