"Arthur ...! Kamu mau ke mana?!" teriak Anya dari kejauhan. Arthur menginjak pedal gas dengan kasar, pikirannya berputar liar setelah mendengar kabar dari ibunya. Seraphina ... dengan ayahnya? Itu gila! Tidak masuk akal! Napasnya memburu, dadanya terasa sesak seolah udara di dalam mobil tidak cukup untuk mengisi paru-parunya. Di belakangnya, Anya masih berteriak memanggil namanya, tapi Arthur tidak peduli. Wanita itu sama sekali bukan prioritasnya saat ini. Yang ada di kepalanya hanya satu—membuktikan kalau perkataan ibunya salah. Begitu tiba di rumah ayahnya, Arthur memarkir mobilnya dengan tergesa-gesa, lalu turun dengan cepat. Matanya segera tertuju ke jendela besar di ruang tamu, dan apa yang dilihatnya langsung membuatnya ingin memukul. Seraphina. Duduk di pangkuan ayahnya. Bibi