Zahara meletakkan sendoknya dengan suara yang cukup nyaring di atas piring. Tatapannya tajam menusuk ke arah Seraphina yang masih duduk santai di meja makan. "Jadi siapa pacar barumu?" Zahara bertanya dengan nada penasaran yang tidak bisa disembunyikan. Seraphina yang sedang menyeruput kopi paginya hanya tersenyum kecil. "Nanti juga kalian akan tahu," katanya santai. "Aku akan mengajaknya ke pernikahan Arthur dan Anya." Mendengar jawaban itu, Ronan dan Zahara saling berpandangan dengan cemas. Seraphina tidak memberikan petunjuk apa pun, tapi dari caranya berbicara, mereka bisa menebak kalau ini bukan sekadar hubungan biasa. Setelah menyelesaikan sarapannya, Seraphina bangkit dari kursinya dan mengambil tasnya. "Aku pergi dulu," katanya ringan, lalu melangkah keluar rumah. Begitu pintu