Arthur duduk di sofa kamar hotel dengan santai, melepaskan jasnya dan mengendurkan dasinya. Elara melangkah ke meja kecil di sisi ruangan, mengambil sebotol minuman dan menuangkannya ke dalam gelas sebelum membawanya ke arah Arthur. "Arthur pasti lelah datang ke sini," ucapnya lembut, menyodorkan gelas itu dengan senyum menggoda. Arthur mengambilnya tanpa curiga. "Terima kasih," katanya, lalu meneguk minuman itu tanpa ragu. Elara duduk di sampingnya, menatapnya dengan tatapan penuh arti. "Sebenarnya, aku ke sini disuruh oleh Seraphina." Arthur mengangkat alisnya. "Maksudnya?" "Seraphina takut kamu marah dan tidak mau mendengarkannya. Jadi, dia memintaku untuk bicara dulu denganmu, agar semuanya lebih mudah," ujar Elara dengan nada penuh keyakinan. Arthur menyeringai dalam hati. Ini a