Langit siang itu kelabu. Awan tebal menggantung rendah seolah ikut berkabung bersama mereka yang hadir di pemakaman sederhana itu. Tak ada tenda putih, tak ada deretan kursi, tak ada bunga-bunga indah yang biasanya menghiasi pemakaman orang-orang terpandang. Hanya tanah merah yang masih basah dan nisan batu sederhana yang menandai tempat peristirahatan terakhir Elara. Seraphina berdiri diam di sisi pemakaman, jubah hitam panjang melindungi tubuhnya dari angin yang bertiup pelan. Di sampingnya, Bramansyah menggenggam tangannya erat. Mereka datang bukan untuk membuka luka, tapi memberikan penghormatan terakhir untuk gadis muda yang sempat menjadi bagian dari hidup Seraphina, meski dalam bayang-bayang keluarga yang tidak sehat. Beberapa meter dari mereka, dua mobil polisi terparkir dengan l