Seraphina baru saja melangkahkan kakinya ke dalam rumah ketika dua sosok yang sudah menunggunya di ruang tamu langsung berdiri menghadangnya. Zahara dengan wajah penuh kekhawatiran, sementara Ronan menatapnya dengan ekspresi serius. “Sera,” Zahara memulai dengan nada tegas, “kamu benar-benar yakin akan menikah dengan Bram?” Seraphina menatap bibinya dengan bosan. “Kenapa kalian masih membahas ini?” “Karena ini penting!” Zahara berseru, mendekat selangkah. “Bram itu jauh lebih tua darimu! Dia lebih cocok menjadi ayahmu dibanding suamimu! Apa kamu nggak sadar betapa anehnya ini?” Seraphina menyilangkan tangan di d**a, matanya menatap Zahara dengan penuh ketenangan. “Usia bukan masalah,” katanya santai. “Dan yang lebih penting, ini bukan urusan kalian.” Zahara seketika terdiam, tetapi ek