Bramansyah duduk di sofa dengan satu tangan memegang gelas wine, sementara tangannya yang lain dengan lembut membelai rambut Seraphina yang bersandar di bahunya. Ruangan itu tenang, hanya terdengar suara jam berdetak pelan di dinding. Namun, tatapan Seraphina penuh keraguan, seakan-akan ada sesuatu yang sejak tadi ingin ia ucapkan. Bramansyah menyadarinya. “Apa yang ingin kamu bicarakan?” ujarnya, menatap Seraphina dengan penuh perhatian. Seraphina menghela napas pelan sebelum mengangkat kepalanya dan menatap mata Bramansyah. “Memangnya Om mau dengar?” tanyanya dengan nada manja, tetapi ada keseriusan dalam suaranya. Bramansyah tersenyum kecil. “Tentu saja. Apa yang harus kamu beritahu?” Seraphina menggigit bibirnya sejenak sebelum akhirnya berkata, “Sebenarnya … aku mau bicara tentang