Bab 15. Iri dan Dengki

1017 Kata

Bramansyah masuk ke rumah dengan langkah berat. Kepalanya masih dipenuhi banyak pertanyaan tentang Seraphina. Kenapa dia tidak mau diantar ke rumah sakit? Kenapa dia hanya mau menerima kartu ATM tapi menolak bantuan lain? Apakah Seraphina benar-benar marah atau hanya mengujinya? Bramansyah menghela napas panjang sambil melepas jasnya. Dia ingin langsung masuk ke kamar dan menenangkan pikirannya, tapi suara ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya. Siapa yang datang malam-malam begini? Dengan rasa malas, Bramansyah berjalan ke pintu dan membukanya. Di depan sana, seorang wanita berdiri dengan kepala tertunduk. Anya. Bramansyah langsung teringat cerita Seraphina tentang perempuan ini—selingkuhan Arthur yang sekarang hamil. Wajah Anya terlihat pucat, matanya sembab, seolah habis menangis

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN