Tak lama, satu per satu pakaian yang menempel di tubuh Caroline telah terlepas. Meski matanya tetap tertutup rapat, wajah Caroline sudah memerah seperti tomat kematangan. Dari wajah, pipi, leher dan telinga Caroline, semua berwarna merah matang. Melihat Caroline yang sudah memerah, Raymond hanya bisa tersenyum lebar menahan suara tawa. Sungguh, dia hanya menggertak Caroline saja, tetapi mengenal sifat Caroline yang polos dan lugu, Raymond yakin, gadis itu akan menurutinya, karena Caroline sangat percaya dengan ancaman Raymond. Setelah tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuh Caroline, perlahan Raymond meletakkan satu tangannya di paha bawah Caroline dan tangan satunya lagi di punggungnya. Caroline mendadak merasa tubuhnya melayang, spontan dia mengalungkan kedua tangannya di leher