Tubuh Luna seketika kaku. Ia seperti kehilangan kendali atas dirinya. Perasaan terkejut, benci, dan tak percaya berputar menjadi badai emosi di dalam dadanya. Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya, berusaha menahan luapan amarah yang mulai menyeruak. Namun, pukulan terbesar datang bukan hanya dari kehadiran Angel. Matanya kembali tertuju pada Laura, gadis kecil yang polos dan menggemaskan. Laura berjalan ceria di samping Angel, menggenggam tangannya dengan erat. Luna terpaku. Hatinya mencelos. Gadis kecil yang kemarin ia tolong itu ternyata bukan orang asing—ia bersama wanita yang telah menghancurkan keluarganya. “Kenapa... mereka bersama?” pikir Luna. Suara hatinya terdengar getir, berusaha menyangkal kenyataan yang terasa begitu menyesakkan. Angel, yang kini sudah berdiri tepat