DI TEMPAT BERBEDA, DI RUMAH ALEX Waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi. Desi berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Wajahnya tegang, alisnya berkerut, dan bibirnya terus bergerak, melontarkan gerutuan yang tak kunjung berhenti. “Ke mana Mas Alex? Dari semalam tidak ada kabar. Pulang pun tidak, apalagi menelepon. Sepertinya aku ini memang benar-benar sudah tidak ada artinya lagi sebagai istri,” gumamnya, suaranya rendah namun penuh kegeraman. Langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara pintu depan yang berderit. Sejurus kemudian, suara langkah kaki mendekat. Ceklek... Pintu kamar terbuka. Alex muncul dengan wajah kusut, matanya merah karena kurang tidur, dan kemeja kerjanya berantakan, seperti habis melewati malam yang panjang. Desi langsung menghampirinya dengan langkah cepat.