Pagi itu, matahari baru saja merangkak naik, menyorot jendela kamar Desi yang masih diselimuti ketegangan. Semalaman ia menunggu, namun hingga pagi Alex belum juga pulang. Desi duduk di tepi ranjang, tatapannya gelisah dan penuh kemarahan yang tak tertahan lagi. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Alex muncul dengan wajah lelah, langkahnya tergesa menuju lemari untuk berganti pakaian kerja tanpa sedikit pun menyapa Desi. “Dari mana saja kamu semalaman, Mas? Pagi begini baru pulang!” Desi langsung menyergapnya dengan nada tajam. Alex tidak menjawab, hanya sibuk mengambil setelan jas dan dasi. Desi menatapnya tajam, semakin tersulut. “Jangan bilang kamu nginep di apartemen Angel lagi? Tempat yang dulu kamu pakai untuk menghabiskan waktu berdua dengannya?” tuduh Desi, suaranya semakin meni