DI APARTEMEN ANGEL “Enggak! Aku nggak boleh lemah dan putus asa seperti ini!” Angel perlahan bangkit dari keterpurukannya, matanya yang semula kosong kini dipenuhi tekad yang membara. Dengan menggenggam erat tangannya, ia menahan gejolak emosinya, mencoba untuk tidak terjatuh lebih dalam dalam jurang kesedihan. “Anak ini… anak yang ada di dalam kandunganku ini adalah anak Mas Alex! Mas Alex nggak bisa seenaknya saja mengakhiri hubungan ini!” Dengan napas yang terengah, Angel menatap cermin di depannya. Rambutnya acak-acakan, riasannya berantakan, dan matanya sembab karena tangisan yang tak kunjung reda. Namun, tekad di dalam hatinya lebih kuat dari apa pun. “Aku harus menemui Mas Alex sekarang juga!” ujarnya dengan suara bergetar namun penuh semangat. “Anak ini… dia berhak tahu siapa a