Angel menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Dalam hati, ia berusaha keras untuk tidak kehilangan kesabaran. “Ya Tuhan,” gumamnya pelan, mengusap wajah dengan kedua tangannya. Ia menoleh ke arah Dina, yang masih berdiri memperhatikan dari sudut ruangan. “Din, aku harus bagaimana lagi? Aku benar-benar nggak tahu harus melakukan apa lagi,” tanyanya dengan nada penuh keputusasaan. Dina mendekat, menggenggam tangan Angel dengan lembut. “Angel,” ucapnya, menatap mata sahabatnya dengan serius, “aku tahu ini berat untukmu, tapi dengarkan aku.” Angel hanya menatap Dina dengan mata yang tampak lelah, menunggu sahabatnya melanjutkan. “Lebih baik sekarang kamu ikuti saja saranku yang kemarin,” ujar Dina dengan nada tegas. Ia berhenti sejenak, memastikan Angel mendengarkan. “Kamu h