“Selamat datang!” sambut Zain riang demi menyambut tamu spesialnya. Abi Jamal terkekeh, selalu menyenangkan datang ke rumah ini. Zain membuka pintu lebih lebar, membiarkan Abi Jamal masuk ke dalam rumah. Di belakang Abi Jamal, seorang pria hampir separuh abad dengan wajah kecil terlihat mengikuti. Ia sopir pribadi Abi Jamal yang terbiasa mengantar jemput untuk urusan ke luar kota. “Silakan duduk.” Zain mengulurkan tangan, mempersilakan tamunya duduk. “Terima kasih, Zain.” Suara Abi Jamal terdengar lelah. Zain menghentikan langkahnya, menoleh, menatap sahabatnya lekat. “Kamu nggak mau nginap di sini aja?” Di telepon tadi, memang Abi Jamal sudah menyampaikan bahwa ia akan mampir ke rumah Zain. Tapi saat ditawarkan untuk menginap, Abi Jamal menolak tegas. Katanya, masih ada urusan lain.