Bab 23. Paket Tanpa Nama Pengirim

1235 Kata

Haris memarkir mobilnya di depan sebuah apartemen, matanya melirik ke gedung 20 lantai itu. Lalu tepat ketika tangannya meraih ponsel untuk menghubungi seseorang yang ia tunggu, ponselnya justru berdering lebih dulu. “Assalamu’alaikum. Kenapa, Yah?” “Wa’alaikumsalam, kamu di mana?” “Lagi mau pergi sama Luna. Kenapa?” “Kosongkan jadwal 3 hari setelah Idul Adha, ya? Kita akan ke pesantrennya Abi Jamal.” Suara di seberang terdengar tegas, tak mau dibantah. “Oh, iya. Kapan hari Abi Jamal juga telepon.” “Ngapain?” “Sama, disuruh pulang terus mampir ke pesantren.” Haris menatap layar ponselnya, ada telepon masuk dari Luna. “Nah, baguslah kalau kamu sudah dikabari. Ajak Luna juga.” “Tapi Luna baru aja cuti, dia kan habis pulang juga. Mana seminggu,” oceh Haris. Sedikit gelisah karena te

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN