“Ada perlu apa ke sini, Ustadz?” Hanif berdiri, menyambut tamu mendadak mereka dengan senyum terkembang. “Mau numpang istirahat. Ada jadwal ngajar, tapi masih setengah jam lagi.” Tiga pria itu ber-oh panjang sambil mengangguk-angguk. Anas segera bergabung bersama adik-adiknya, duduk di atas kasur. “Jadi, siapa yang naksir Ahsan?” “Eh?!” Tak peduli dengan reaksi tiga pria itu, Anas melanjutkan dengan wajah serius. “Masih banyak aja yang naksir kamu, San?” “Kak Anas, jangan dianggap serius obrolan kita barusan.” Ahsan sengaja menggunakan panggilan akrab mereka, sebagai bentuk bujukan agar Anas menuruti kemauannya. “San…” Gagal, wajah Anas masih sama seriusnya dengan tadi. “Kenapa, Kak?” Ahsan menghela nafas, siap menghadapi apapun topik yang akan diangkat Anas. “Kamu nggak ada niat