“Wa’alaikumsalam,” sahut Luna ketika mendengar suara laki-laki menguluk salam dari pintu selatan. Luna membuka pintu, mendapat seorang laki-laki berkemeja warna hijau tua sedang berdiri kaku. “Ada apa?” tanya Luna. “Anu… tadi Ustadzah Latifah pesen katanya disuruh ke sini?” laki-laki itu bicara sambil mempermainkan jemarinya, gugup. “Oh, iya!” pekik Luna berbinar. “Nama kamu siapa?” “Salman, Ning.” “Seangkatan sama Ahsan? Atau sekamar?” tanya Luna sembari memasukkan bola ubi yang baru saja ia goreng ke dalam kotak plastik. “Seasrama, Ning. Seangkatan juga, sih.” Salman menggaruk tengkuknya, grogi betul. Sebenarnya, ia selalu grogi setiap berhadapan dengan Abi Jamal dan anggota keluarganya. Entahlah, mendadak ada perasaan takut salah dan takut-takut yang lain setiap berinteraksi deng