“Kamu nggak takut dijadikan pelampiasan aja, Lis?” tanya Nuri, mereka sedang makan malam bersama sepulang dari kantor. “Iya. Yang pertama kepikiran sih itu. Gimana kalau aku cuma dijadikan pelampiasan?” “Terus? Kamu mau tetep maju?” Elisha diam sejenak. Mengunyah makanannya. “Ada banyak cara seseorang bertemu jodohnya, Nur. Mungkin, begini caraku.” Gadis itu mengulum senyum, lalu kembali ke piringnya. Nuri hanya bisa geleng-geleng kepala. “Secinta-cintanya kamu sama dia, Lis, jangan sampai ngilangin akal sehatmu.” Elisha mendongak, kemudian mengangguk. “Aku nggak bakal langsung nikah, Nur. ‘Kan masih panjang prosesnya. Kalaupun pas ta’aruf ternyata kami nggak cocok, ‘kan bisa nggak lanjut.” Hening sesaat. Kemudian Nuri mengangguk. “Tanyain yang bener tujuan dia nikah, Lis. Aku nggak