“Selamat atas pertunanganmu, Arka,” ucap Jo sembari tersenyum, lesung pipinya segera terbit dengan indah. “Aku kira kamu yang bakal terkejut kalau aku balik ke Indonesia. Ternyata justru aku yang lebih dibuat kaget.” Meski wanita itu tertawa di ujung kalimatnya, tapi ia tak memungkiri bahwa hatinya terasa nyeri. Arka mengatupkan rahangnya kuat-kuat, tak mampu menjawab. Pilihannya untuk diam membuat ruangan Jovanka senyap seketika. “Siapa nama tunanganmu?” Jo bertanya, tak tahan dengan hening yang terasa semakin menyiksanya. “Arista,” jawab Arka pendek. “Nama yang cantik,” puji Jo basa-basi. “Di mana kalian bertemu? Kayaknya temen kita dulu nggak ada yang bernama Arista.” “Dia… sekretarisku.” Jo terbelalak. “Wah, nggak disangka. Cinta lokasi, ya?” Ia tertawa kecil. “Tapi dia hebat bis